Pagi ini tidak seperti hari biasanya. Udara terasa lebih sejuk, menyapa tubuh yang masih enggan beranjak dari hangatnya selimut. Mentari tampak malu-malu menampakkan sinarnya, tertahan oleh kabut tipis yang menggantung di udara. Inilah yang masyarakat Jawa kenal sebagai “bediding”.
“Bediding” merupakan istilah lokal yang merujuk pada kondisi suhu udara pagi yang sangat dingin, biasanya terjadi di dataran tinggi maupun wilayah pedesaan. Fenomena ini kerap dirasakan antara bulan Juni hingga Agustus. Suhu di pagi hari bisa turun drastis, bahkan di bawah 15°C di daerah pegunungan.Menurut para ahli klimatologi, bediding menandai datangnya musim kemarau. Hal ini terjadi karena pergerakan angin dari Benua Australia yang sedang mengalami musim dingin. Angin ini membawa udara kering dan dingin ke wilayah Indonesia bagian selatan, terutama Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
Selain udara dingin, ciri khas musim kemarau lainnya mulai terasa: langit cerah, udara kering, dan tanah yang mulai berdebu. Mari kita jaga kesehatan tubuh, mengenakan pakaian hangat di pagi hari dan mengonsumsi cukup air putih agar tubuh tetap bugar.
Meski bediding kerap dikaitkan dengan rasa malas beraktivitas, justru momen ini bisa menjadi pengingat untuk bersiap menghadapi musim kemarau yang panjang. Mulai dari menjaga pasokan air bersih, mengantisipasi kebakaran lahan, hingga menyesuaikan pola tanam bagi para petani.
Musim boleh berganti, tetapi semangat untuk menjaga lingkungan dan kesehatan harus tetap menyala. Bediding bukan hanya pertanda cuaca, tetapi juga isyarat dari alam untuk lebih peduli dan bersiap. (red : AI)
0 Comment for "BEDIDING MENYAPA: PERTANDA MUSIM KEMARAU TELAH TIBA"